PT Matahari Putra Prima Tbk akan mendivestasikan seluruh aset noninti  tidak lancar senilai Rp4 triliun untuk pengembangan bisnis Matahari Food  Business (MFB) Hypermart.    
Berdasarkan rekomendasi Merrill Lynch, Perseroan disarankan  melakukan divestasi operasional dan aset noninti untuk meningkatkan  nilai pemegang saham. 
Multipolar, sebagai pemegang saham,  disarankan melakukan eksplorasi lebih lanjut atas ketertarikan peritel  global tersebut demi kepentingan pemegang saham.
Direktur  Keuangan Matahari Hendra Sidin mengatakan pelepasan aset noninti tidak  lancar itu diharapkan untuk membuat aset itu lebih likuid. “Merrill  Lynch sebagai konsultan berusaha mengidentifikasi kemungkinan peritel  global untuk berinvestasi dan bermitra mengembangkan bisnis ritel MFB,"  kata Hendra, seusai mengadakan rapat umum pemegang saham tahunan  kemarin. 
Nilai aset yang dilepas, ujarnya, berkisar Rp3  triliun-Rp4 triliun dari total aset Matahari senilai Rp11 triliun. Aset  itu akan dilikuidkan untuk pengembangan 10 hingga 17 gerai bisnis  consumer good pada divisi Matahari Food Business (MFB) antara lain di  kota Jakarta, Surabaya, Kediri, Sidoarjo, Semarang, Kudus dan sejumlah  kawasan Indonesia timur. Divestasi atau pelepasan aset itu diantaranya  berupa gedung di sejumlah kota. 
Saat ini, tim Matahari sedang  mencari investor untuk membeli maupun menyewa gedung strategis yang dulu  dibeli Matahari. Pencarian investor itu diperkierkan memerlukan waktu  lebih dari setahun. 
Untuk itu, Matahari belum bisa memprediksi  dan memproyeksikan pengembangan lanjutan dan target capaian laba tahun  mendatang. "Sehingga pengembangan Hypermart akan lebih optimal,"  katanya. 
Pelepasan aset non lancar itu, kata Hendra, sekaligus menepis rumor akan dilepaskannya Hypermart oleh Matahari Putra Prima. Source: Ashari Purwo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar